Mediabaca.com — Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan bahwa tradisi Islam memiliki peran besar dalam membentuk identitas budaya Indonesia. Menurutnya, nilai-nilai Islam yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Nusantara dapat menjadi modal penting dalam memperkuat ekosistem budaya nasional. Pernyataan ini disampaikan dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, saat ia menyoroti potensi Aceh sebagai kawasan yang memiliki kedekatan historis dengan perkembangan kebudayaan Islam di Indonesia.
Fadli menjelaskan bahwa Aceh yang selama berabad-abad dikenal sebagai Serambi Mekkah, merupakan daerah yang sangat kaya dengan warisan seni dan tradisi Islami. Warisan ini tidak hanya tercermin dalam ajaran dan ritual keagamaan, tetapi juga dalam karya seni, musik, pertunjukan, serta tradisi lisan masyarakatnya. Oleh sebab itu, ia mendorong agar potensi tersebut dikembangkan secara lebih sistematis dan kreatif.
Aceh Sebagai Pionir Pengembangan Seni Islami
Dalam sambutannya, Fadli Zon menyampaikan optimismenya bahwa seni Islam atau Islamic arts akan menjadi unsur budaya yang semakin penting di masa mendatang. Ia menilai bahwa Aceh memiliki fondasi kuat untuk menjadi pionir dalam memajukan seni Islami di Indonesia. Keunikan tradisi masyarakat Aceh yang memadukan nilai keagamaan dengan ekspresi budaya menjadi kekuatan yang tidak dimiliki oleh banyak daerah lain. “Ke depannya, seni Islam atau Islamic arts ini juga menjadi bagian yang sangat penting. Dan kita harapkan, Aceh bisa menjadi pionir di dalam mengembangkan dan memajukan seni Islami, baik itu dalam bidang seni pertunjukan, seni musik, tradisi, dan seni rupa maupun seni lainnya,” kata Menbud Fadli Zon dalam keterangan yang diterima.
Beragam kesenian Aceh seperti Seudati, rapai, zikir, hingga berbagai bentuk shalawat tradisional menjadi contoh nyata bagaimana nilai Islam telah terintegrasi dalam kehidupan seni masyarakat. Tidak hanya menjadi bentuk ekspresi, seni-seni tersebut juga berfungsi sebagai sarana pendidikan moral dan penyebaran nilai-nilai kemanusiaan. Fadli juga menekankan bahwa seni Islami memiliki peluang besar untuk dikembangkan secara modern tanpa harus menghilangkan akar tradisinya. Penggabungan antara kreativitas kontemporer dengan nilai-nilai keislaman dianggap dapat menghadirkan karya yang relevan dengan generasi muda sekaligus memperluas jangkauan budaya Aceh ke tingkat nasional dan internasional.
Saat membuka Festival Gerakan Kebudayaan Indonesia (GAYAIN) Aceh 2025, Fadli Zon menyoroti pentingnya festival ini sebagai momentum kebangkitan budaya Islam. Ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut bukan sekadar seremoni, tetapi merupakan langkah konkret untuk menghidupkan kembali akar budaya yang selama ini menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Festival GAYAIN Aceh 2025 menjadi ruang pertemuan antara seniman, budayawan, komunitas lokal, hingga generasi muda untuk mengeksplorasi dan menampilkan ragam seni Islami dari berbagai daerah. Melalui festival ini, masyarakat diajak menyadari kembali bahwa tradisi Islam telah menyatu dalam identitas budaya bangsa dan perlu dijaga keberlanjutannya.
Festival GAYAIN Aceh 2025: Ruang Rekonstruksi Budaya Islami
Fadli menyampaikan bahwa festival seperti GAYAIN memiliki peran strategis sebagai wadah regenerasi dan revitalisasi. Dengan memberikan ruang bagi para pelaku seni, pemerintah berharap warisan budaya dapat tetap hidup dan berkembang dalam dinamika zaman. “Festival ini bukan hanya seremoni, tetapi upaya nyata untuk menghidupkan kembali akar budaya Islam dan memastikan bahwa seni-seni tradisi tidak hilang ditelan waktu,” ujarnya. Lebih jauh, Menbud menegaskan bahwa Aceh memiliki posisi historis yang unik sebagai titik temu antara budaya Islam dan keberagaman budaya Nusantara. Hal tersebut terbukti dari banyaknya unsur Islam yang melekat dalam kehidupan budaya masyarakat Aceh.
Mulai dari seni tari seperti Seudati, syair-syair bernuansa religi, hingga tradisi shalawat yang telah diwariskan turun-temurun. Keanekaragaman budaya ini menunjukkan bahwa Aceh telah lama menjadi pusat peradaban yang menyatukan nilai-nilai lokal dengan ajaran Islam. Dengan mengembangkan tradisi tersebut, Aceh dapat memperkuat perannya sebagai daerah yang berkontribusi besar dalam pembangunan ekosistem budaya nasional.
